Minggu, 06 Januari 2013

PENDIDIKAN KESETARAAN GENDER DALAM KESEHATAN



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gender berasal dari bahasa Inggris yang berarti jenis kelamin (John M. echols dan Hassan Sadhily, 1983: 256). Secara umum, pengertian Gender adalah perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan apabila dilihat dari nilai dan tingkah laku. Dalam Women Studies Ensiklopedia dijelaskan bahwa Gender adalah suatu konsep kultural, berupaya membuat perbedaan (distinction) dalam hal peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat.
Dalam buku Sex and Gender yang ditulis oleh Hilary M. Lips mengartikan Gender sebagai harapan-harapan budaya terhadap laki-laki dan perempuan. Misalnya; perempuan dikenal dengan lemah lembut, cantik, emosional dan keibuan. Sementara laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan dan perkasa. Ciri-ciridari sifat itu merupakan sifat yang dapat dipertukarkan, misalnya ada laki-laki yang lemah lembut, ada perempuan yang kuat, rasional dan perkasa. Perubahan ciri dari sifat-sifat tersebut dapat terjadi dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat yang lain (Mansour Fakih 1999: 8-9).

B. Rumusan Masalah
a.       Pengertian Gender
b.      Target Nnasional Pelayanan
c.       Faktor-Faktor Penyebab Berkurang atau tidak terpenuhinya hak-hak kesehatan reproduksi
d.      Kekerasan Yang Di Hadapi Anak Jalanan



BAB II
PEMBAHASAN

A. Gender
Gender  adalah semua atribut sosial mengenai laki-laki dan perempuan,misalnya laki-laki digambarkan mempunyai sifat maskulin seperti keras, kuat,rasional, gagah. Sementara perempuan digambarkan memiliki sifat feminin sepertihalus, lemah, perasa, sopan, penakut. Perbedaan tersebut dipelajari dari keluarga,teman, tokoh masyarakat, lembaga keagamaan dan kebudayaan, sekolah, tempatkerja, periklanan dan media.

Gender  berbeda dengan seks. Seks adalah jenis kelamin laki-laki danperempuan dilihat secara biologis. Sedangkan gender  adalah perbedaan laki-laki danperempuan secara sosial; masalah atau isu yang berkaitan dengan peran, perilaku,tugas, hak dan fungsi yang dibebankan kepada perempuan dan laki-laki. Biasanyaisu gender  muncul sebagai akibat suatu kondisi yang menunjukkan kesenjangan gender. (Retno Suharti, 1995).

1. Isu gender
1.      Kematian ibu hamil
2.      Kematian bayi baru lahir
3.      Tradisi kawin muda
4.      Budaya daerah
5.      Kekerasan
6.      Kesenjangan pendidikan
7.      Kesempatan kerja


Ø  Papisj berarti tukar menukar isteri di antara suami-suami teman baik,dilakukan dalam upacara-upacara, bukan untuk tujuan biologis dan bukanuntuk pembiakan
Ø  Papisj berasal dari dongeng tentang seorang laki-laki Asmat yangberniat membunuh seekor buaya, tetapi terhalang suangi besar. Tiba-tibamuncul ide untuk menyuruh ayah dan pamannya saling tukar isteri.Setelah terlaksana, mendadak air sungai surut dan si lelaki dapatmenagkap buaya.
Ø  Papisj bersifat normatif bagi masyarakat Asmat, diselenggarakan untukmenjaga keseimbangan hubungan sosial masyarakat  
Ø  Papisj sekarang sudah mengalami pergeseran dan tidak pantasdigunakan untuk perilaku seks masyarakat Asmat dewasa ini

Ketidaksetaraan dan keadilan gender dalam kesehatan reproduksi(KR)
Ø  Perempuan sering ditempatkan dalam posisi yang terpinggirkan, dalamposisi yang didominasi laki-laki dan tidak memperoleh haknya untukmencapai derajat kesehatan yang optimal
Ø  Adanya sifat kodrati yang khas menyebabkan derajat KR masyarakatsangat ditentukan oleh keadaan perempuan.
Ø  Oleh karena itu perempuan merupakan kelompok rawan dalam KRsehingga perlu mendapatkan perhatian khusus
2. Isu Kesehatan
a. Perbaikan Gizi Masyarakat
Ø  Perempuan lebih berperan dan mandiri dalam upaya perbaikan gizi
Ø  Tingkat pendidikan perempuan lebih rendah berpengaruh padakurangnya pemahaman tantang gizi
Ø  Tingkat sosial ekonomi perempuan lebih rendah berpengaruh padastatus gizi lebih buruk
Ø  Target program diutamakan Jumlah
Ø  Jumlah perempuan dan anak usia < 18 th lebih dari setengah pendudukIndonesia > 65% belum menjadi modal / aset tetapi masih sebagai bebanpembangunan
Ø  Perempuan & anak masuk kategori rentan dalam bidang kesehatan,pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan sehingga perlu dilindungi dandiberdayakan

1. Kondisi Kesehatan Reproduksi Wanita (1)
1.      1.585.000 wanita setiap tahun (satu wanita per menit) meninggalkarena kehamilan dan persalinan.
2.      200.000 kematian menternal per tahun karena gagalnyapelaksanaan kontrasepsi.
3.      120-150 juta wanita menjalankan kontrasepsi tidak sengguh-sungguh.
4.      75 juta kehamilan setiap tahun tidak diinginkan, 45 juta jiwadiaborsi, 30 juta kehamilan tidak aman5.
5.      70.000 wanita meninggal setiap tahun karena aborsi tidak aman6.
6.      Tahun 1996a.
a.       3,1 juta orang terinfeksi HIV/AID.
b.      1,5 juta orang mati terinfeksi HIV/AID.
c.       1,6 juta orang hidup terinfeksi HIV/AIDS

2. Kondisi Kesehatan Reproduksi Wanita (2)
Ø  juta wanita meninggal setiap tahun karena infeksi saluranreproduksi termasuk PMS.
Ø  Separuh dari 333 juta kasus PMS setiap tahun, berasal dariremaja.
Ø  juta gadis berumur 10-15 tahun masuk pasar seks komersial.
Ø  120 juta wanita mengalami peruskan alat kelamin (akibatperkosaan, kejahatan seksual).
Ø  60 juta gadis yang diharapkan terus hidup “hilang” akibat aborsiatau pengobatan




B. Target Nasional Pelayanan
1. Kesehatan Reprosuksi Tahun 2010
a.       Kesehatan reproduksi remaja
b.      Kesehatan Ibu dan Anak
c.       Keluarga Berencana
d.      Pencegas dan Pemberantasan PMS dan HIV/AIDS
e.       Kesehatan Repoduksi usila
2. Remaja rentan terhadap PMS dan HIV/AIDS
a.       Ketidaktahuan tentang PMS
b.      Tidak ada perlindungan seksual bila pasangan tidakmenggunakan kondom secara konsisten
c.       Semakin muda usia aktif seksual, semakin besar resiko terkenaPMS, HIV/AIDS
d.      Lapisan ulcus mulut rahin remaja lebih rentan terhadap infeksigonorheoe, klamidia dan papiloma (dapat menyebabkan kanker mulutrahim)
e.       Pola pencarian pengobatan remaja buruk karena berusahamenyembunyikan masalah atau mengobati sendiri6.Remaja perempuan dengan pasangan berbeda usia yang jauh,ternyata beresiko 2 kali lipat lebih tinggi, bila pasangannya sudahterkena PMS sebelumnya

3. Pengertian reproduksi
a.       Reproduksi adalah proses melanjutkan keturunan pada manusia
b.      Kesehatan reproduksi didefinisikan keadaan sehat jasmani, psikologis dansosial yang berhubungan dengan fungsi dan proses sistem reproduksi
c.       Reproduksi sehat adalah perilaku indivisu yang berkaitan dengan fungsi danproses reproduksi termasuk perilaku seksual yang sehat
d.      Salah satu penunjnag terciptanya reproduksi sehat adalah pendidikan seks
e.       Pendidikan seks adalah upaya memberikan pengetahuan tentang perubahanpengetahuan tentang perubahan biologis, yang pada dasarnya merupakanupaya menanamkan moral, etika serta komitmen agama agar tidak terjadi“penyalahgunaan” organ reproduksi
4. ADVOKASI dalam KesPro
a.       Yang dimaksud dengan “advokasi” dalam kesehatan reproduksi adalah:
b.      Segala upaya, baik dalam bentuk tindakan maupun kebijakan yangbertujuan membantu individu, kelompok atau masyarakat luas (publik)
c.       Untuk memperoleh hak-hak kesehatan reproduksi atau
d.      Agar terhindar dari tindakan atau kondisi yang dapat menyebabkanberkurangnya atau tidak diperolehnya hak-hak kesehatan reproduksi

5. Hak kesehatan reproduksi
a.       Hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan reproduksi yangberkualitas
b.      Hak untuk memperoleh informasi lengkap tentang seksualitas,kesehatan reproduksi dan manfaat serta efek samping obat-obatan ataualat maupun tindakan medis yang digunakan untuk mengatasi
c.       Hak untuk memperoleh palayanan KB yang aman, efektif, terjangkau,sesuai pilihan, tanpa paksaan dan tidak melawan hukum
d.      Perempuan berhak memperoleh palayanan kesehatan yang dibutuhkan,yang memungkinkannya sehat dan selamat dalam menjalani kehamilandan persalinan, serta memperoleh bayi yang sehat.
e.       Hubungan suami istri didasari penghargaan terhadap pasangan masing-masing dan dilkaukan dalam situasi dan kondisi yang diinginkan bersama,tanpa unsur paksaan, ancaman dan kekerasan remaja, laki-laki maupunperempuan, berhak memperoleh informasi yang tepat dan benar tentangreproduksi remaja, sehingga dapat berperilaku sehat dan menjalanikehidupan seksual yang bertanggungjawab
f.       Laki-laki dan perempuan berhak mendapat informasi yang mudahdiperoleh, lengkap dan akurat mengenai penyakit menular seksual (PMS),termasuk HIV/AIDS



C. Faktor-Faktor Penyebab Berkurang atau tidak terpenuhinya hak-hak kesehatan reproduksi
a.       Ancaman, paksaan, tindakan kekerasan atau penghilangankeberdayaan (perkosaan, pemasungan, aborsi, kerusuhan, dsb)
b.      Terputus, hilang, tidak tersedia atau tidak terjangkaunya akses(bencana alam, daerah terpencil/terisolir, kemiskinan, biaya mahal, dsb)
c.       Kurangnya pengetahuan, kebodohan (rendahnya tingkat pendidikan,tidak adanya penyuluhan atau pelatihan, tertutup atau tidak adanyasumber informasi, dsb)
d.      Apatisme atau ketidakpedulian, kurangnya kegiatan advokasi dan tidakadanya dukungan sosial (dari
e.       Sistem dan nilai-nilai sosial (bisa gender, stigma sosial, dsb)
f.       Aspek legal (hukum, peraturan, tata-tertib, dsb

D. Kekerasan yang dihadapi anak jalanan
a.       Dipaksa/diancam untuk menyerahkan penghasilan
b.      Dipaksa untuk melakukan oral seks dan sodomi
c.       Ditangkap dan dipukuli petugas
d.      Dibunuh untuk tujuan perampasan

Dampak
a.       PMS/HIV/AIDS
b.      Hamil di luar nikah
c.       ISPA, Kanker hati, hepatitis
d.      Gangguan kesehatan gigi & mulut



Upaya pencegahan
a.       Minum antibiotik, obat tetea mata (PMS)
b.      Minuman keras/alkohol, ramuan, pijat dukun

Penentuan keputusan
Perempuan tidak punya akses dan kontrol atas kekuasaan dan prosespengambilan keputusan yang berkaitan dengan hak reproduksinya dankesehatan reproduksinya, yang meliputi :
a.       Penentuan pasangan hidup
b.      Hubungan seksual
c.       Penentuan alat kontrasepsi
d.      Penentuan kehamilan
e.       Penentuan banyaknya anak
f.       Penentuan jenis kelamin anak
g.      Penentuan pencarian palayanan kesehata

Faktor Sosial Budaya masa Kehamilan Dan Persalinan
Kehamilan dan kelahiran bukan hanya berarti proses “menghidupkan satu lagianak manusia ke dunia” tetapi juga sebaliknya: dapat “mematikan manusia didunia”.Masa kehamilan dan persalinan, dapat menjadi periode yang“menyengsarakan” perempuanDalam masyarakat, dijumpai adat istiadat, budaya, kebiasaan, sistem sosial,kepercayaan, stigma. Yang merugikan perempuan hamil atau melahirkan:




1. Di Sumba
Suami diijinkan mencari perempuan lain sementara istrinyasedang hamilPerempuan hamil tetap wajib bekerja keras agar persalinan lancar

2. Di Subang
Ø  Perempuan harus menghasilkan leturunan sebanyak banyaknya
Ø  Perempuan pasca melahirkan, terkadang diletakkan di belakang, didekat dapu

3. Budaya Priyayi Sentana
Selama menyusui, istri menghindari hubungan suami istri (takutASI tercemar), merelakan suami “jajan

4. Pada Suku tertentu
Anak laki-laki lebih diharapkan, memaksa permpuan terus hamilsampai punya anak laki-laki. Hamil dan bersalin adalah tugasistri/perempuan bukan tugas suami atau keluarga.
Status gizi rendah pada perempuan hamil,mempunyai kontribusi siginifikan padapenyebab utama kematian (pendarahan, eklamsi, infeksi, kelahiran obstruktif). Adapun gizi ibu hamil sangat kurang karena adat :





Perempuan makan belakangan
a.       Perempuan hamil makan sedikit di piring kecil (supaya bayi ramping, bermulutmungil)
b.      Mahar/mas kawin yang tinggi:Harus ditebus perempuan dengan kerja keras
c.       Perempuan menjadi “milik”, “dikuasai”, dan harus melayani keluarga besarsuami

Perempuan pasca melahirkan :
a.       Harus menjalani “mardiapi”, tiduran dibalai-balai dan dipanasi dari bawah(selama 40 hari)
b.      Dilarang menggerakkan kaki secara bebas ketika tidur bahkan ada yangkakinya diikat atau ditumpangkan di atas “dingkel”
Perawatan organ-organ reproduksi perempuan pasca melahirkan:
a.       Pertama-tama lebih ditujukan untuk kepuasan suam
b.      Baru kemudian untuk kesehatan ibu

Kematian dan kecacatan perempuan sebagai akibat permasalahan selama masakehamilan dan persalinan, berkaitan erat dengan status gizi dan faktor-faktor sosialbudaya.

KISAH NYATA DARI NEGERI INI (contoh ttg ketidaksetaraan gender) Penelitian di Nusa Tenggara Timur menunjukkan bahwa peran suami dalammenentukan tempat dan penolong persalinan pada umumnya masih rendah, hanya24.9 % suami (18.8% di pedesaan dan 29.2 % di perkotaan) ikut menganjurkantempat persalinan. Dalam kondisi darurat seharusnya orang yang ada disekelilingnya banyak membantu menganjurkan dan mengambil keputusan dalampenentuan tempat persalinan, terutama suaminya. Hal ini disebabkan oleh faktorkebiasaan/adat, sosial ekonomi dan kesediaan sarana pelayanan kesehatan ibu.Pada pagi hari sebelum matahari terbit, kaum wanita telah bangun dan mulaimemasang api di tungku mereka, masak air untuk merebus  hipere sertamempersiapkan makanan dan minuman untuk bekal di ladang. Kadang-kadang  Hipere dibakar saja. Setelah kegiatan rumah tangga selesai, para wanita dan anak-anaknya yang masih kecil berangkat ke kebun (ladang) membawa Noken yangdigantungkan pada dahi. Kantung menjulur, sekaligus menutup punggung . Jumlah noken yang digantungkan di tubuhnya mencapai beberapa buah. Sebuah noken  berisi bayinya, noken lain berisi hipere yang dialasi rumput-rumputan, untukdimakan siang hari di ladang. Masih ada noken lain yang berisi keperluan bekerja diladang. Babi kecil yang masih memerlukan perawatan yang lebih cermat,dimasukkan ke dalam noken lainnya, atau didekap di dada. Sementara itu tangankanannya menyunggi tugal atau sekop panjang penggembur tanah. Semua noken tersusun berdasarkan ukuran besar kecil sehingga barang-barang hipere , anak babidan bayinya tidak menumpuk menjadi satu, melainkan bersusun bertingkat dipunggung sang wanita. Tak jarang, antara tiga hingga tujuh buah noken besertaisinya sekaligus tergantung pada punggungnya. Di ladang, wanita mulai denganmenggemburkan tanah, merawatnya baik-baik, menjaga tanaman dari rumput-rumput liar, kemudian memetik hasilnya serta membawanya pulang untuk disimpandan dimasak. Wanita tidak diharapkan pergi sendirian tanpa suaminya bila akanmemasarkan hasil ladangnya. Berjalan di belakang atau di sisi suaminya, seorangistri memikul sendiri hasil ladangnya atau menggantungkannya dalam noken dipunggungnya. Sebaliknya, sang suami berjalan tanpa beban apapun selain kadang-kadang menggandeng tangan istrinya. Setelah hasil ladang terjual, uangpenghasilan yang diperoleh akan digunakan oleh suaminya saja, Wanita tidak bebasmemiliki uang hasil kerjanya.

Tugas wanita yang demikian berat tidak ditunjang oleh kecukupan zat gizidalam susunan menu mereka sehari-hari. Selain miskinnya kadar gizi dalam menu,masalah sering pula diperberat dengan adanya kecenderungan wanita untukmengutamakan makanan suami dan anak-anaknya. Dari statisik kesejahteraanrakyat disebutkan bahwa salah satu usaha perbaikan gizi nasional ditujukan padatenaga kerja wanita (nakerwan) yang merupakan 40.53 % tenaga kerja di Indonesia.(Biro Pusat Statistik, 1995). Usaha-usaha perbaikan gizi tersebut antara lainmenurunkan angka anemi gizi besi (AGB) dari 30.0 % pada tahun 1994/1995menjadi 20.0 % di akhir Pelita (1998/1999).


BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Gender  adalah semua atribut sosial mengenai laki-laki dan perempuan,misalnya laki-laki digambarkan mempunyai sifat maskulin seperti keras, kuat,rasional, gagah.
1.      Kesehatan Reprosuksi Tahun 20101
2.      Remaja rentan terhadap PMS dan HIV/AIDS
3.      reproduksi
4.      ADVOKASI dalam KesPro
5.      Hak kesehatan reproduksi

a.       Ancaman, paksaan, tindakan kekerasan atau penghilangankeberdayaan (perkosaan, pemasungan, aborsi, kerusuhan, dsb)
b.      Terputus, hilang, tidak tersedia atau tidak terjangkaunya akses(bencana alam, daerah terpencil/terisolir, kemiskinan, biaya mahal, dsb)
c.       Kurangnya pengetahuan, kebodohan (rendahnya tingkat pendidikan,tidak adanya penyuluhan atau pelatihan, tertutup atau tidak adanyasumber informasi, dsb)
d.      Apatisme atau ketidakpedulian, kurangnya kegiatan advokasi dan tidakadanya dukungan sosial (dari
Sistem dan nilai-nilai sosial (bisa gender, stigma sosial, dsb)
Aspek legal (hukum, peraturan, tata-tertib, dsb
a.       Dipaksa/diancam untuk menyerahkan penghasilan
b.      Dipaksa untuk melakukan oral seks dan sodomi
c.       Ditangkap dan dipukuli petugas
d.      Dibunuh untuk tujuan perampasan


DAFTAR PUSTAKA

Nasarudin Umar, Argumen Kesetaraan Gender : Perspektif al-Qur’an, Jakarta : Paramadina, 2001, hal.
Mansour Faqih, Analisis gender dan Transformasi Sosial, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1996, hal.8.
Jhon M. Echol, dan Hasan Shadily, Kamus Besar Inggris-Indonesia, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1996), cet.23a
Mansour Faqih, Gender Sebagai Alat Analisis Sosial, Edisi 4 November 1996.
Mufidah Ch, Paradigma Gender,  (Malang: Bayumedia Publishing, 2003), hlm. 4-6.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar