BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gender
berasal dari bahasa Inggris yang berarti jenis kelamin (John M. echols dan
Hassan Sadhily, 1983: 256). Secara umum, pengertian Gender adalah perbedaan
yang tampak antara laki-laki dan perempuan apabila dilihat dari nilai dan
tingkah laku. Dalam Women Studies Ensiklopedia dijelaskan bahwa Gender adalah
suatu konsep kultural, berupaya membuat perbedaan (distinction) dalam hal
peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki dan
perempuan yang berkembang dalam masyarakat.
Dalam
buku Sex and Gender yang ditulis oleh Hilary M. Lips mengartikan Gender sebagai
harapan-harapan budaya terhadap laki-laki dan perempuan. Misalnya; perempuan
dikenal dengan lemah lembut, cantik, emosional dan keibuan. Sementara laki-laki
dianggap kuat, rasional, jantan dan perkasa. Ciri-ciridari sifat itu merupakan
sifat yang dapat dipertukarkan, misalnya ada laki-laki yang lemah lembut, ada
perempuan yang kuat, rasional dan perkasa. Perubahan ciri dari sifat-sifat tersebut
dapat terjadi dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat yang lain (Mansour
Fakih 1999: 8-9).
B. Rumusan Masalah
a. Pengertian
Gender
b. Target
Nnasional Pelayanan
c. Faktor-Faktor
Penyebab Berkurang atau tidak terpenuhinya hak-hak kesehatan reproduksi
d. Kekerasan
Yang Di Hadapi Anak Jalanan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Gender
Gender
adalah semua atribut sosial mengenai
laki-laki dan perempuan,misalnya laki-laki digambarkan mempunyai sifat maskulin
seperti keras, kuat,rasional, gagah. Sementara perempuan digambarkan memiliki
sifat feminin sepertihalus, lemah, perasa, sopan, penakut. Perbedaan tersebut
dipelajari dari keluarga,teman, tokoh masyarakat, lembaga keagamaan dan
kebudayaan, sekolah, tempatkerja, periklanan dan media.
Gender
berbeda dengan seks. Seks adalah jenis
kelamin laki-laki danperempuan dilihat secara biologis. Sedangkan gender adalah perbedaan laki-laki danperempuan secara
sosial; masalah atau isu yang berkaitan dengan peran, perilaku,tugas, hak dan
fungsi yang dibebankan kepada perempuan dan laki-laki. Biasanyaisu gender muncul sebagai akibat suatu kondisi yang
menunjukkan kesenjangan gender. (Retno Suharti, 1995).
1. Isu gender
1. Kematian
ibu hamil
2. Kematian
bayi baru lahir
3. Tradisi
kawin muda
4. Budaya
daerah
5. Kekerasan
6. Kesenjangan
pendidikan
7. Kesempatan
kerja
Ø Papisj
berarti tukar menukar isteri di antara suami-suami teman baik,dilakukan dalam
upacara-upacara, bukan untuk tujuan biologis dan bukanuntuk pembiakan
Ø Papisj
berasal dari dongeng tentang seorang laki-laki Asmat yangberniat membunuh seekor
buaya, tetapi terhalang suangi besar. Tiba-tibamuncul ide untuk menyuruh ayah
dan pamannya saling tukar isteri.Setelah terlaksana, mendadak air sungai surut
dan si lelaki dapatmenagkap buaya.
Ø Papisj
bersifat normatif bagi masyarakat Asmat, diselenggarakan untukmenjaga
keseimbangan hubungan sosial masyarakat
Ø Papisj
sekarang sudah mengalami pergeseran dan tidak pantasdigunakan untuk perilaku
seks masyarakat Asmat dewasa ini
Ketidaksetaraan
dan keadilan gender dalam kesehatan reproduksi(KR)
Ø Perempuan
sering ditempatkan dalam posisi yang terpinggirkan, dalamposisi yang didominasi
laki-laki dan tidak memperoleh haknya untukmencapai derajat kesehatan yang
optimal
Ø Adanya
sifat kodrati yang khas menyebabkan derajat KR masyarakatsangat ditentukan oleh
keadaan perempuan.
Ø Oleh
karena itu perempuan merupakan kelompok rawan dalam KRsehingga perlu
mendapatkan perhatian khusus
2. Isu Kesehatan
a. Perbaikan Gizi Masyarakat
Ø Perempuan
lebih berperan dan mandiri dalam upaya perbaikan gizi
Ø Tingkat
pendidikan perempuan lebih rendah berpengaruh padakurangnya pemahaman tantang
gizi
Ø Tingkat
sosial ekonomi perempuan lebih rendah berpengaruh padastatus gizi lebih buruk
Ø Target
program diutamakan Jumlah
Ø Jumlah
perempuan dan anak usia < 18 th lebih dari setengah pendudukIndonesia >
65% belum menjadi modal / aset tetapi masih sebagai bebanpembangunan
Ø Perempuan
& anak masuk kategori rentan dalam bidang kesehatan,pendidikan, pekerjaan,
dan penghasilan sehingga perlu dilindungi dandiberdayakan
1.
Kondisi Kesehatan Reproduksi Wanita (1)
1. 1.585.000
wanita setiap tahun (satu wanita per menit) meninggalkarena kehamilan dan
persalinan.
2. 200.000
kematian menternal per tahun karena gagalnyapelaksanaan kontrasepsi.
3. 120-150
juta wanita menjalankan kontrasepsi tidak sengguh-sungguh.
4. 75
juta kehamilan setiap tahun tidak diinginkan, 45 juta jiwadiaborsi, 30 juta
kehamilan tidak aman5.
5. 70.000
wanita meninggal setiap tahun karena aborsi tidak aman6.
6. Tahun
1996a.
a. 3,1
juta orang terinfeksi HIV/AID.
b. 1,5
juta orang mati terinfeksi HIV/AID.
c. 1,6
juta orang hidup terinfeksi HIV/AIDS
2.
Kondisi Kesehatan Reproduksi Wanita (2)
Ø juta
wanita meninggal setiap tahun karena infeksi saluranreproduksi termasuk PMS.
Ø Separuh
dari 333 juta kasus PMS setiap tahun, berasal dariremaja.
Ø juta
gadis berumur 10-15 tahun masuk pasar seks komersial.
Ø 120
juta wanita mengalami peruskan alat kelamin (akibatperkosaan, kejahatan
seksual).
Ø 60
juta gadis yang diharapkan terus hidup “hilang” akibat aborsiatau pengobatan
B. Target Nasional Pelayanan
1. Kesehatan Reprosuksi Tahun 2010
a. Kesehatan
reproduksi remaja
b. Kesehatan
Ibu dan Anak
c. Keluarga
Berencana
d. Pencegas
dan Pemberantasan PMS dan HIV/AIDS
e. Kesehatan
Repoduksi usila
2. Remaja rentan terhadap PMS dan
HIV/AIDS
a. Ketidaktahuan
tentang PMS
b. Tidak
ada perlindungan seksual bila pasangan tidakmenggunakan kondom secara konsisten
c. Semakin
muda usia aktif seksual, semakin besar resiko terkenaPMS, HIV/AIDS
d. Lapisan
ulcus mulut rahin remaja lebih rentan terhadap infeksigonorheoe, klamidia dan
papiloma (dapat menyebabkan kanker mulutrahim)
e. Pola
pencarian pengobatan remaja buruk karena berusahamenyembunyikan masalah atau
mengobati sendiri6.Remaja perempuan dengan pasangan berbeda usia yang
jauh,ternyata beresiko 2 kali lipat lebih tinggi, bila pasangannya sudahterkena
PMS sebelumnya
3. Pengertian reproduksi
a. Reproduksi
adalah proses melanjutkan keturunan pada manusia
b. Kesehatan
reproduksi didefinisikan keadaan sehat jasmani, psikologis dansosial yang
berhubungan dengan fungsi dan proses sistem reproduksi
c. Reproduksi
sehat adalah perilaku indivisu yang berkaitan dengan fungsi danproses
reproduksi termasuk perilaku seksual yang sehat
d. Salah
satu penunjnag terciptanya reproduksi sehat adalah pendidikan seks
e. Pendidikan
seks adalah upaya memberikan pengetahuan tentang perubahanpengetahuan tentang
perubahan biologis, yang pada dasarnya merupakanupaya menanamkan moral, etika
serta komitmen agama agar tidak terjadi“penyalahgunaan” organ reproduksi
4. ADVOKASI dalam KesPro
a. Yang
dimaksud dengan “advokasi” dalam kesehatan reproduksi adalah:
b. Segala
upaya, baik dalam bentuk tindakan maupun kebijakan yangbertujuan membantu
individu, kelompok atau masyarakat luas (publik)
c. Untuk
memperoleh hak-hak kesehatan reproduksi atau
d. Agar
terhindar dari tindakan atau kondisi yang dapat menyebabkanberkurangnya atau
tidak diperolehnya hak-hak kesehatan reproduksi
5. Hak kesehatan reproduksi
a. Hak
untuk memperoleh pelayanan kesehatan reproduksi yangberkualitas
b. Hak
untuk memperoleh informasi lengkap tentang seksualitas,kesehatan reproduksi dan
manfaat serta efek samping obat-obatan ataualat maupun tindakan medis yang
digunakan untuk mengatasi
c. Hak
untuk memperoleh palayanan KB yang aman, efektif, terjangkau,sesuai pilihan,
tanpa paksaan dan tidak melawan hukum
d. Perempuan
berhak memperoleh palayanan kesehatan yang dibutuhkan,yang memungkinkannya
sehat dan selamat dalam menjalani kehamilandan persalinan, serta memperoleh
bayi yang sehat.
e. Hubungan
suami istri didasari penghargaan terhadap pasangan masing-masing dan dilkaukan
dalam situasi dan kondisi yang diinginkan bersama,tanpa unsur paksaan, ancaman
dan kekerasan remaja, laki-laki maupunperempuan, berhak memperoleh informasi
yang tepat dan benar tentangreproduksi remaja, sehingga dapat berperilaku sehat
dan menjalanikehidupan seksual yang bertanggungjawab
f. Laki-laki
dan perempuan berhak mendapat informasi yang mudahdiperoleh, lengkap dan akurat
mengenai penyakit menular seksual (PMS),termasuk HIV/AIDS
C. Faktor-Faktor Penyebab Berkurang
atau tidak terpenuhinya hak-hak kesehatan reproduksi
a. Ancaman,
paksaan, tindakan kekerasan atau penghilangankeberdayaan (perkosaan,
pemasungan, aborsi, kerusuhan, dsb)
b. Terputus,
hilang, tidak tersedia atau tidak terjangkaunya akses(bencana alam, daerah
terpencil/terisolir, kemiskinan, biaya mahal, dsb)
c. Kurangnya
pengetahuan, kebodohan (rendahnya tingkat pendidikan,tidak adanya penyuluhan
atau pelatihan, tertutup atau tidak adanyasumber informasi, dsb)
d. Apatisme
atau ketidakpedulian, kurangnya kegiatan advokasi dan tidakadanya dukungan
sosial (dari
e. Sistem
dan nilai-nilai sosial (bisa gender, stigma sosial, dsb)
f. Aspek
legal (hukum, peraturan, tata-tertib, dsb
D. Kekerasan yang dihadapi anak
jalanan
a. Dipaksa/diancam
untuk menyerahkan penghasilan
b. Dipaksa
untuk melakukan oral seks dan sodomi
c. Ditangkap
dan dipukuli petugas
d. Dibunuh
untuk tujuan perampasan
Dampak
a. PMS/HIV/AIDS
b. Hamil
di luar nikah
c. ISPA,
Kanker hati, hepatitis
d. Gangguan
kesehatan gigi & mulut
Upaya pencegahan
a. Minum
antibiotik, obat tetea mata (PMS)
b. Minuman
keras/alkohol, ramuan, pijat dukun
Penentuan keputusan
Perempuan
tidak punya akses dan kontrol atas kekuasaan dan prosespengambilan keputusan
yang berkaitan dengan hak reproduksinya dankesehatan reproduksinya, yang
meliputi :
a. Penentuan
pasangan hidup
b. Hubungan
seksual
c. Penentuan
alat kontrasepsi
d. Penentuan
kehamilan
e. Penentuan
banyaknya anak
f. Penentuan
jenis kelamin anak
g. Penentuan
pencarian palayanan kesehata
Faktor Sosial Budaya masa Kehamilan
Dan Persalinan
Kehamilan
dan kelahiran bukan hanya berarti proses “menghidupkan satu lagianak manusia ke
dunia” tetapi juga sebaliknya: dapat “mematikan manusia didunia”.Masa kehamilan
dan persalinan, dapat menjadi periode yang“menyengsarakan” perempuanDalam
masyarakat, dijumpai adat istiadat, budaya, kebiasaan, sistem
sosial,kepercayaan, stigma. Yang merugikan perempuan hamil atau melahirkan:
1.
Di Sumba
Suami
diijinkan mencari perempuan lain sementara istrinyasedang hamilPerempuan hamil
tetap wajib bekerja keras agar persalinan lancar
2.
Di Subang
Ø Perempuan
harus menghasilkan leturunan sebanyak banyaknya
Ø Perempuan
pasca melahirkan, terkadang diletakkan di belakang, didekat dapu
3.
Budaya Priyayi Sentana
Selama
menyusui, istri menghindari hubungan suami istri (takutASI tercemar), merelakan
suami “jajan
4.
Pada Suku tertentu
Anak
laki-laki lebih diharapkan, memaksa permpuan terus hamilsampai punya anak
laki-laki. Hamil dan bersalin adalah tugasistri/perempuan bukan tugas suami
atau keluarga.
Status
gizi rendah pada perempuan hamil,mempunyai kontribusi siginifikan padapenyebab
utama kematian (pendarahan, eklamsi, infeksi, kelahiran obstruktif). Adapun
gizi ibu hamil sangat kurang karena adat :
Perempuan
makan belakangan
a. Perempuan
hamil makan sedikit di piring kecil (supaya bayi ramping, bermulutmungil)
b. Mahar/mas
kawin yang tinggi:Harus ditebus perempuan dengan kerja keras
c. Perempuan
menjadi “milik”, “dikuasai”, dan harus melayani keluarga besarsuami
Perempuan
pasca melahirkan :
a. Harus
menjalani “mardiapi”, tiduran dibalai-balai dan dipanasi dari bawah(selama 40
hari)
b. Dilarang
menggerakkan kaki secara bebas ketika tidur bahkan ada yangkakinya diikat atau
ditumpangkan di atas “dingkel”
Perawatan
organ-organ reproduksi perempuan pasca melahirkan:
a. Pertama-tama
lebih ditujukan untuk kepuasan suam
b. Baru
kemudian untuk kesehatan ibu
Kematian
dan kecacatan perempuan sebagai akibat permasalahan selama masakehamilan dan
persalinan, berkaitan erat dengan status gizi dan faktor-faktor sosialbudaya.
KISAH
NYATA DARI NEGERI INI (contoh ttg ketidaksetaraan gender) Penelitian di Nusa
Tenggara Timur menunjukkan bahwa peran suami dalammenentukan tempat dan
penolong persalinan pada umumnya masih rendah, hanya24.9 % suami (18.8% di
pedesaan dan 29.2 % di perkotaan) ikut menganjurkantempat persalinan. Dalam
kondisi darurat seharusnya orang yang ada disekelilingnya banyak membantu
menganjurkan dan mengambil keputusan dalampenentuan tempat persalinan, terutama
suaminya. Hal ini disebabkan oleh faktorkebiasaan/adat, sosial ekonomi dan kesediaan
sarana pelayanan kesehatan ibu.Pada pagi hari sebelum matahari terbit, kaum
wanita telah bangun dan mulaimemasang api di tungku mereka, masak air untuk
merebus hipere sertamempersiapkan
makanan dan minuman untuk bekal di ladang. Kadang-kadang Hipere dibakar saja. Setelah kegiatan rumah
tangga selesai, para wanita dan anak-anaknya yang masih kecil berangkat ke
kebun (ladang) membawa Noken yangdigantungkan pada dahi. Kantung menjulur,
sekaligus menutup punggung . Jumlah noken yang digantungkan di tubuhnya
mencapai beberapa buah. Sebuah noken berisi
bayinya, noken lain berisi hipere yang dialasi rumput-rumputan, untukdimakan siang
hari di ladang. Masih ada noken lain yang berisi keperluan bekerja diladang.
Babi kecil yang masih memerlukan perawatan yang lebih cermat,dimasukkan ke
dalam noken lainnya, atau didekap di dada. Sementara itu tangankanannya
menyunggi tugal atau sekop panjang penggembur tanah. Semua noken tersusun
berdasarkan ukuran besar kecil sehingga barang-barang hipere , anak babidan
bayinya tidak menumpuk menjadi satu, melainkan bersusun bertingkat dipunggung
sang wanita. Tak jarang, antara tiga hingga tujuh buah noken besertaisinya
sekaligus tergantung pada punggungnya. Di ladang, wanita mulai
denganmenggemburkan tanah, merawatnya baik-baik, menjaga tanaman dari
rumput-rumput liar, kemudian memetik hasilnya serta membawanya pulang untuk
disimpandan dimasak. Wanita tidak diharapkan pergi sendirian tanpa suaminya
bila akanmemasarkan hasil ladangnya. Berjalan di belakang atau di sisi suaminya,
seorangistri memikul sendiri hasil ladangnya atau menggantungkannya dalam noken
dipunggungnya. Sebaliknya, sang suami berjalan tanpa beban apapun selain
kadang-kadang menggandeng tangan istrinya. Setelah hasil ladang terjual,
uangpenghasilan yang diperoleh akan digunakan oleh suaminya saja, Wanita tidak
bebasmemiliki uang hasil kerjanya.
Tugas
wanita yang demikian berat tidak ditunjang oleh kecukupan zat gizidalam susunan
menu mereka sehari-hari. Selain miskinnya kadar gizi dalam menu,masalah sering
pula diperberat dengan adanya kecenderungan wanita untukmengutamakan makanan
suami dan anak-anaknya. Dari statisik kesejahteraanrakyat disebutkan bahwa
salah satu usaha perbaikan gizi nasional ditujukan padatenaga kerja wanita
(nakerwan) yang merupakan 40.53 % tenaga kerja di Indonesia.(Biro Pusat
Statistik, 1995). Usaha-usaha perbaikan gizi tersebut antara lainmenurunkan
angka anemi gizi besi (AGB) dari 30.0 % pada tahun 1994/1995menjadi 20.0 % di
akhir Pelita (1998/1999).
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Gender
adalah semua atribut sosial mengenai
laki-laki dan perempuan,misalnya laki-laki digambarkan mempunyai sifat maskulin
seperti keras, kuat,rasional, gagah.
1.
Kesehatan Reprosuksi Tahun 20101
2.
Remaja rentan terhadap PMS dan HIV/AIDS
3.
reproduksi
4.
ADVOKASI dalam KesPro
5.
Hak kesehatan reproduksi
a. Ancaman,
paksaan, tindakan kekerasan atau penghilangankeberdayaan (perkosaan,
pemasungan, aborsi, kerusuhan, dsb)
b. Terputus,
hilang, tidak tersedia atau tidak terjangkaunya akses(bencana alam, daerah
terpencil/terisolir, kemiskinan, biaya mahal, dsb)
c. Kurangnya
pengetahuan, kebodohan (rendahnya tingkat pendidikan,tidak adanya penyuluhan
atau pelatihan, tertutup atau tidak adanyasumber informasi, dsb)
d. Apatisme
atau ketidakpedulian, kurangnya kegiatan advokasi dan tidakadanya dukungan
sosial (dari
Sistem
dan nilai-nilai sosial (bisa gender, stigma sosial, dsb)
Aspek
legal (hukum, peraturan, tata-tertib, dsb
a. Dipaksa/diancam
untuk menyerahkan penghasilan
b. Dipaksa
untuk melakukan oral seks dan sodomi
c. Ditangkap
dan dipukuli petugas
d. Dibunuh
untuk tujuan perampasan
DAFTAR PUSTAKA
Nasarudin
Umar, Argumen Kesetaraan Gender : Perspektif al-Qur’an, Jakarta : Paramadina,
2001, hal.
Mansour
Faqih, Analisis gender dan Transformasi Sosial, Yogyakarta : Pustaka Pelajar,
1996, hal.8.
Jhon
M. Echol, dan Hasan Shadily, Kamus Besar Inggris-Indonesia, (Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama, 1996), cet.23a
Mansour
Faqih, Gender Sebagai Alat Analisis Sosial, Edisi 4 November 1996.
Mufidah
Ch, Paradigma Gender, (Malang: Bayumedia
Publishing, 2003), hlm. 4-6.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar