BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara
historis pendidikan di Indonesia telah mengalami proses semenjak dimulainya era
peradaban Nusantara. Demikian pula era kolonial, walaupun ketika itu pendidikan
formal di masa kolonial bisa dibilang cukup terlambat atau tertinggal dibanding
dengan negara lain. Kita memang untuk masalah pendidikan kurang beruntung
dijajah Belanda. Namun bukan pula berarti bahwa pendidikan di colonial belanda
ini sangat menggantungkan pada polisi penjajah. Kenyataannya, banyak lembaga
pendidikan formal maupun nonformal yang pada akhirnya secara swadaya diusahakan
oleh pribumi. Kita dapat melihat keberadaan taman siswa, muhammadiyah, al
irsyad, maupun nahdlatul ulama.
Ini
membuktikan, bahwa sesungguhnya semangat bangsa Indonesia untuk menjadi warga
negara-dunia yang terpelajar dan berpengetahuan sungguh sangat besar. Amat
disadari pula, bahwa dengan hanya pendidikanlah bangsa Indonesia diharapkan
dapat merebut kemerdekaan, menata negara dan mewujudkan cita-cita bersama.
B. Rumusan Masalah
1.
Pendidikan Non formal
2.
Penting nya Pendidikan
3.
Jenjang pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendidikan Nonformal
Pendidikan
nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidik nonformal yang dapat
dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Hasil pendidikan nonformal
dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui
proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau
Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan. Pendidikan
nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan
pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap
pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.Pendidikan
nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada
penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan
kepribadian profesional.Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan
hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan
pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan ketrampilan dan
pelatihan kerja. Pendidikan kesetaraan meliputi Paket A, Paket B dan Paket C,
serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta
didik seperti: Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), lembagakursus, lembaga
pelatihan, kelompok belajar, majelis taklim, sanggarsanggar, dan lain
sebagainya, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan
peserta didik.
Satuan
pendidikan penyelenggara:
ü Kelompok
bermain (KB)
ü Taman
penitipan anak (TPA)
ü Lembaga
kursus
ü Sanggar
ü Lembaga
pelatihan
ü Pusat
kegiatan belajar masyarakat
ü Majelis
taklim
Kursus
dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal
pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri,
mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan
ke jenjang yang lebih tinggi.
B. Pentingnya Pendidikan
`Mengenyam
pendidikan pada institusi pendidikan formal yang diakui oleh lembaga pendidikan
negara adalah sesuatu yang wajib dilakukan di Indonesia. Siapapun orangnya
hendaknya bersekolah minimal selama 9 tahun lamanya hingga lulus SMP. Mungkin
Anda akan mempertanyakan apakah sebenarnya fungsi pendidikan sekolah.
Semakin
tinggi jenjang pendidikan sekolah yang dicapai seseorang, maka akan semakin
baik. Manfaat dan fungsi belajar di Sekolah maupun perguruan tinggi antara lain
:
1. Melatih Kemampuan Akademis Anak
Dengan
melatih serta mengasah kemampuan menghafal, menganalisa, memecahkan masalah,
logika, dan lain sebagainya melalui pendidikan sekolah, maka diharapkan
seseorang akan memiliki kemampuan akademis yang baik. Bisa dibedakan antara
orang yang tidak sekolah dan yangberseolah dalam kemampuan akademis. Ingat,
masa depan yang akan kita jalani akan lebih sulit, sehingga dibutuhkan
perjuangan, kerja keras dan ilmu pengetahuan.
2. Menggembleng dan Memperkuat
Mental, Fisik dan Disiplin
Dengan
mengharuskan seorang pelajar maupun mahasiswa datang dan pulang sesuai dengan
aturan yang berlaku pada pendidikan sekolah, secara tidak langsung dapat
meningkatkan kedisiplinan seseorang. Dengan begitu padatnya jadwal sekolah yang
memaksa seorang siswa untuk belajar secara terus-menerus, maka akan menguatkan
mental dan fisik seseorang menjadi lebih baik.
3. Memperkenalkan Tanggung Jawab
Tanggung
jawab seorang anak adalah belajar, dimana orangtua atau wali yang memberi
nafkah. Seorang anak yang menjalankan tugas dan kewajibannya dengan baik dengan
mengikuti pendidikan sekolah yang rajin akan membuat bangga orang tua, guru,
saudara, famili, dan lain-lain.
4. Membangun Jiwa Sosial dan
Jaringan Pertemanan
Banyaknya
teman yang bersekolah bersama akan memperluas hubungan sosial seorang siswa.
Dengan mengikuti pendidikan sekolah formal, tidak menutup kemungkinan di masa
depan akan membentuk jaringan bisnis dengan sesama teman, dimana di antara
sesamanya sudah saling kenal dan percaya. Dengan memiliki teman, maka kebutuhan
sosial yang merupakan kebutuhan dasar manusia dapat terpenuhi dengan baik.
5. Sebagai Identitas Diri
Lulus
dari sebuah institusi pendidikan sekolah, biasanya akan menerima suatu
sertifikat atau ijazah khusus yang mengakui bahwa kita adalah orang yang
terpelajar, memiliki kualitas yang baik dan dapat diandalkan. Jika disandingkan
dengan orang yang tidak berpendidikan dalam suatu lowongan pekerjaan kantor,
maka rata-rata yang terpelajarlah yang akan mendapatkan pekerjaan tersebut.
6. Sarana Mengembangkan Diri dan
Berkreativitas
Seorang
siswa dapat mengikuti berbagai program ekstrakurikuler sebagai pelengkap
kegiatan akademis belajar mengajar agar dapat mengembangkan bakat dan minat
dalam diri seseorang. Semakin banyak memiliki keahlian dan daya kreativitas,
maka akan semakin baik pula kualitas seseorang. Sekolah dan kuliah hanyalah
sebagai suatu mediator atau perangkat pengembangan diri, sedangkan yang
mengubah diri seseorang adalah hanyalah orang itu sendiri.
Memang,
proses pendidikan sekolah sangat lama dan panjang. Bayangkan saja, jika sekolah
dasar (SD) memakan waktu 6 tahun, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah
atas selama 6 tahun, di perguruan tinggi selama 4 tahun, maka waktu yang diperlukan untuk meraih gelar
sarjana yaitu sekitar kurang lebih 16 tahun.
Meski
demikian, betapapun lamanya pendidikan sekolah yang harus ditempuh seseorang,
sebagian besar ekonom sepakat bahwa sumber daya manusia dari suatu bangsa
merupakan faktor paling menentukan karakter dan kecepatan pembangunan sosial
dan ekonomi suatu bangsa bersangkutan (Todaro, 1997).
C. Jenjang Pendidikan
Jenjang pendidikan adalah tahapan
pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik,
tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan.
1.
Pendidikan anak usia dini
Mengacu
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003, Pasal 1 Butir 14 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang
ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan
melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut.
2.
Pendidikan dasar
Pendidikan
dasar merupakan jenjang pendidikan awal selama 9 (sembilan) tahun pertama masa
sekolah anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan menengah.
3. Pendidikan menengah
Pendidikan
menengah merupakan jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar. yang harus
dilaksanakan minimal 9 tahun.
4. Pendidikan tinggi
Pendidikan
tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup
program pendidikan diploma, sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang
diselenggarakan oleh perguruan tinggi.Mata pelajaran pada perguruan tinggi
merupakan penjurusan dari SMA, akan tetapi semestinya tidak boleh terlepas dari
pelajaran SMA.
5. Materi pendidikan
Materi
Pendidikan harus disajikan memenuhi nilai-nilai hidup. nilai hidup meliputi
nilai hidup baik dan nilai hidup jahat. penyajiannya tidak boleh pendidikan
sifatnya memaksa terhadap anak didik, tetapi berikan kedua nilai hidup ini
secara objektif ilmiah. dalam pendidikan yang ada di Indonesia tidak disajikan
nilai hidup, sehingga bangsa Indonesia menjadi kacau balau seperti sekarang
ini.
6. Jalur pendidikan
Jalur
pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk mengembangkan potensi
diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan.
7. Pendidikan formal
Pendidikan
formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah pada
umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai
dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi.
8. Pendidikan nonformal
Pendidikan
nonformal meliputi pendidikan dasar, dan pendidikan lanjutan. Pendidikan dasar
mencakup pendidikan keaksaraan dasar, keaksaraan fungsional, dan keaksaraan
lanjutan paling banyak ditemukan dalam pendidikan usia dini (PAUD), Taman
Pendidikan Al Quran (TPA), maupun Pendidikan Lanjut Usia. Pemberantasan Buta
Aksara (PBA) serta program paket A (setara SD), paket B (setara B) adalah
merupakan pendidikan dasar.
Pendidikan
lanjutan meliputi program paket C(setara SLA), kursus, pendidikan vokasi,
latihan keterampilan lain baik dilaksanakan secara terogranisasi maupun tidak
terorganisasi.Pendidikan Non Formal mengenal pula Pusat Kegiatan Belajar
Masyarakat (PKBM) sebagai pangkalan program yang dapat berada di dalam satu
kawasan setingkat atau lebih kecil dari kelurahan/desa. PKBM dalam istilah yang
berlaku umum merupakan padanan dari Community Learning Center (CLC)yang menjadi
bagian komponen dari Community Center.Pendidikan informal
Pendidikan
informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan
belajar secara mandiri.
9. Jenis pendidikan
Jenis
pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada kekhususan tujuan pendidikan
suatu satuan pendidikan.
10. Pendidikan umum
Pendidikan
umum merupakan pendidikan dasar dan menengah yang mengutamakan perluasan
pengetahuan yang diperlukan oleh peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi. Bentuknya: Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah
Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA).
11. Pendidikan kejuruan
Pendidikan
kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama
untuk bekerja dalam bidang tertentu. Bentuk satuan pendidikannya adalah Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK).jenis ini termasuk ke dalam pendidikan formal.
12. Pendidikan akademik
Pendidikan
akademik merupakan pendidikan tinggi p yang diarahkan terutama pada penguasaan
disiplin ilmu pengetahuan tertentu.
13. Pendidikan profesi
Pendidikan
profesi merupakan pendidikan tinggi setelah program sarjana yang mempersiapkan
peserta didik untuk memasuki suatu profesi atau menjadi seorang profesional.
Salah satu yang dikembangkan dalam pendidikan tinggi dalam keprofesian adalah
yang disebut program diploma, mulai dari D1 sampai dengan D4 dengan berbagai
konsentrasi bidang ilmu keahlian. Konsentrasi pendidikan profesi dimana para
mahasiswa lebih diarahkan kepada minat menguasai keahlian tertentu. Dalam
bidang keahlian dan keprofesian khususnya Desain Komunikasi Visual terdapat
jurusan seperti Desain Grafis untuk D4 dan Desain Multimedia untuk D3 dan
Desain Periklanan (D3). Dalam proses belajar mengajar dalam pendidikan keprofesian
akan berbeda dengan jalur ke-sarjanaan (S1) pada setiap bidang studi tersebut.
14. Pendidikan vokasi
Pendidikan
vokasi merupakan pendidikan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk
memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu maksimal dalam jenjang
diploma 4 setara dengan program sarjana (strata 1).
15. Pendidikan keagamaan
Pendidikan
keagamaan merupakan pendidikan dasar, menengah, dan tinggi yang mempersiapkan
peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan
dan pengalaman terhadap ajaran agama dan/atau menjadi ahli ilmu agama.
16. Pendidikan khusus
Pendidikan
khusus merupakan penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik yang
berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa yang
diselenggarakan secara inklusif (bergabung dengan sekolah biasa) atau berupa
satuan pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah (dalam
bentuk Sekolah Luar Biasa/SLB).
17. Filosofi pendidikan
Pendidikan
biasanya berawal pada saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur
hidup.
18.
Pendidikan bisa saja berawal dari sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan
oleh banyak orang dengan memainkan musik dan membaca kepada bayi dalam
kandungan dengan harapan ia akan bisa (mengajar) bayi mereka sebelum kelahiran.
19.
Banyak orang yang lain, pengalaman kehidupan sehari-hari lebih berarti daripada
pendidikan formal. Seperti kata Mark Twain, "Saya tidak pernah membiarkan
sekolah mengganggu pendidikan saya."
Anggota
keluarga mempunyai peran pengajaran yang amat mendalam sering kali lebih
mendalam dari yang disadari mereka walaupun pengajaran anggota keluarga
berjalan secara tidak resmi.
Kualitas
pendidikan
Ada
dua faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan khususnya di Indonesia yaitu:
a. Faktor
internal, meliputi jajaran dunia pendidikan baik itu Departemen Pendidikan
Nasional, Dinas Pendidikan daerah, dan juga sekolah yang berada di garis
depan.Dalam hal ini,interfensi dari pihak-pihak yang terkait sangatlah
dibutuhkan agar pendidikan senantiasa selalu terjaga dengan baik.
b. Faktor
eksternal, adalah masyarakat pada umumnya.Dimana,masyarakat merupakan ikon
pendidikan dan merupakan tujuan dari adanya pendidikan yaitu sebagai objek dari
pendidikan.program sarjana dan pascasarjana.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Proses
mencapai tujuan pendidikan untuk menghasilkan manusia yang baik secara pribadi maupun penguasaan ilmu
pengetahuan tidak hanya tergantung tentang bagaiamana sistem pendidikan di
jalankan oleh lingkungan pendidikan formal. Namun juga dipengaruhi oleh
lingkungan keluarga serta lingkungan masyarakat.
Antara
lingkungan pendidikan yang satu dan lingkungan yang lain yang disebut sebagai
tripusat pendidikan tidak dapat berdiri sendiri, namun ada hubungan saling
mempengaruhi diantara lingkungan pendidikan.
B. Saran
Melihat
kenyataan bahwa untuk mencapai tujuan pendidikan yang maksimal diperlukan
sebuah hubungan timbal balik yang erat maka diperlukan sebuah koordinasi antar
lingkungan pendidikan. Dalam menentukan kirikulum lingkungan formal (sekolah)
baiknya untuk mepertimbangankan faktor lingkungan keluarga dan masyarakat.
Bahkan kalau memungkinkan melibatkan keluarga anak didik dan tokoh masyarakat
dalam merumuskan kurikulum pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
http://putrinet.wordpress.com/jenjang/.Senin,26
September 2011.pukul 18.00 WIB
http://www.scribd.com/doc/16630757/makalah-pengantar-pendidikan.Selasa,
27 September 2011.pukul 19.30 WIB
http://www.anneahira.com/artikel-pendidikan/pendidikan-sekolah.htm.Rabu,
28 September 2011.pukul 20.00 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar